Assalamualaikum semuanya. Kembali lagi di blog ku tercinta ini hehe. Apa kabar nih ? Semoga sehat selalu ya.
Sebelumnya kalian sudah kenal belum sama aku ? :)
Perkenalkan namaku Lathifah Aulia Nur Rohmah, biasa dipanggil Aulia, lia atau lathifah. Ya, nama panggilanku lebih dari satu. Dari kecil, kedua orang tuaku, keluargaku, saudara-saudaraku, teman kecilku, dan tetanggaku memanggilku dengan panggilan Lia. Ketika aku mulai memasuki Sekolah Dasar, panggilanku menjadi Aulia. Akan tetapi, kebanyakan guru memanggil ku dengan panggilan Lathifah. Karena Lathifah adalah nama depan jadi, yang diingat oleh guru-guru ku adalah nama depan. Hingga terkadang ketika ada sesi perkenalan diri, aku pun bingung ingin memperkenalkan diri dengan panggilan yang mana 😂.
Aku adalah anak pertama dari dua bersaudara yang terlahir dan dibesarkan dari keluarga yang sederhana dan Alhamdulillah berkecukupan. Pasuruan, 13 Mei 2001 adalah tempat tanggal lahirku. Ayah dan ibuku bukanlah lulusan sarjana. Saat ini ayah bekerja sebagai pebisnis online dan ibuku seorang ibu rumah tangga. Menyanyi dan bermain gadget adalah hobiku. Saat aku duduk di bangku sekolah dasar, aku pernah mendapatkan peringkat tiga besar di kelas. Aku juga pernah diamanahi untuk mengikuti olimpiade serta beberapa lomba untuk mewakili sekolahan. MI Riyadlatul Athfal adalah nama Madrasah ibtidaiyahku dulu. Mungkin dari sanalah mereka menaruh harapan besar kepadaku agar bisa menjadi orang sukses yang dapat bermanfaat bagi orang lain.
Saat memasuki bangku SMP yang berada dalam naungan pondok pesantren, aku mulai merasa bahwa selain pelajaran yang semakin berat untuk dipelajari, teman yang aku temui semakin beragam. Mungkin ketika aku masih MI belajar saat ada tugas atau pekerjaan rumah dan ujian saja itu sudah cukup. Namun ketika mulai memasuki lingkungan pesantren, belajar saat ada tugas dan ujian saja tidaklah cukup. Disana aku mulai terbiasa untuk belajar setiap hari ditemani dengan teman-teman dan kakak kelas maupun ustadzah. Karena tidak ada televisi, kegiatan yang padat pun akhirnya dapat membuatku merasa lupa akan kebiasaan ketika berada di rumah. Aku berada di pondok sampai menduduki bangku SMA. Menimba ilmu di pondok pesantren modern Al-Amanah membuat aku belajar banyak hal. Mulai dari belajar mengenai kehidupan sehari-hari, ikhtiar, dan berani bermimpi setinggi-tingginya. Disana aku dan teman-temanku juga dibiasakan untuk menulis impian. Kemudian ditempelkan di tempat yang sering kita lihat agar selalu ingat.
Nah, ketika masih kecil, tentunya kalian sudah mempunyai cita-cita kan ya. Tapi seiring berjalannya waktu, cita-citaku berubah-ubah. Apa kalian juga merasakan seperti ini ? Kalau iya, boleh dong komen di kolom komentar. Kalau aku iya, saat kecil aku bercita-cita ingin menjadi dokter gigi. Karena, aku terinspirasi dari tanteku yang berhasil menjadi sarjana dokter gigi. Kemudian berganti lagi ingin menjadi guru. Sampai saat SMA pun, aku masih bingung dengan diriku sendiri yang belum menemukan cita-cita yang tetap. Ketika lulus SMA dan akan memasuki bangku kuliah, aku masih dibuat bingung dengan diriku sendiri. Aku merasa belum menemukan potensi atau passion yang tepat dalam diriku.
Belajar bahasa menurutku juga sangat menyenangkan apalagi bahasa Arab. Dari MI aku sudah mulai merasa senang belajar bahasa Arab. Kemudian saat masuk pesantren, aku juga disuguhkan dengan bahasa Arab. Karena disana setiap harinya kita wajib memakai bahasa arab dan inggris. Saat memilih program studi untuk memasuki bangku kuliah, aku masih bimbang antara mengambil jurusan bahasa Arab atau jurusan yang berbau bisnis. Sejak kecil, aku sudah terbiasa ikut ibu berjualan roti dan gorengan di depan rumah. Saat kita pindah dari rumah kontrakan ke rumah kami sendiri pun ibu masih berjualan, awalnya ibu membuka toko di depan rumah. Kemudian, saat ayah dan ibu punya rezeki akhirnya ayah membuatkan ibu toko di samping rumah. Saat aku duduk di bangku sekolah dasar, aku pernah berjualan bulpoint dengan berbagai macam bentuk yang unik, menjual bross dan gantungan kunci dari kain flanel. Saat duduk di bangku sekolah menengah pertama sampai SMA teman-teman ku juga sering menitip beli minyak zaitun kepadaku. Ya istilahnya seperti jastip gitu.
Dari sanalah jiwa-jiwa untuk berbisnisku mulai tertanam hehe. Saat lulus SMA aku memulai untuk membangun bisnis. Dimulai dari menjadi dropshiper, kemudian reseller, marketer, dan affiliate. Semuanya aku lakukan dengan sistem online. Alhamdulillah semuanya membuahkan hasil yang bisa menjadi pemasukan bagiku dan sedikit membantu perekonomian keluarga. Tetapi tidak semudah yang dibayangkan, yang hanya sekali posting langsung ada hasil. Nyatanya, ketika sebulan pertama aku join reseller tidak ada satupun yang tertarik dengan jualanku ini. Akhirnya ketika aku mulai memperbaiki tampilan Instagram, mulai membuka toko di market place, mulai lebih rajin lagi dalam beriklan akhirnya datanglah customer yang benar-benar aku nggak kenal sebelumnya. Karena dia tau olshop ku dari instagram dan shopee. MaasyaaAllah sungguh semua ini nggak luput dari kuasa-Nya.
Akhirnya, aku memutuskan untuk memilih program studi manajemen yang menurutku aku bisa belajar lebih banyak tetang bisnis saat itu. Menjadi pengusaha sukses di usia muda adalah cita-cita ku saat ini. Berbekal dari ilmu yang aku dapat saat bergabung menjadi anggota OSIS waktu SMP, ketua kamar dan ketua gedung saat di pesantren. Semoga aku bisa terus mengembangkan potensi yang ada di dalam diriku.
Manusia tidak akan luput dari kesalahan. Maka dari itu saya mohon maaf apabila ada salah kata yang tidak berkenan di hati kalian. Trimakasih sudah membaca tulisanku sampai akhir. Semangat buat semuanya yang sedang berproses dalam menggapai cita-cita. Semoga Allah SWT selalu memudahkan lamgkah kita. Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
0 komentar:
Posting Komentar