Assalamualaikum semuanya !
Welcome back to my blog. Apa kabar nih? Semoga kalian sehat selalu ya.
Kali aku mau bercerita tentang orang yang telah melahirkan, merawat, mendidik, serta memberikan cinta dan kasih sayangnya kepada ku dan itu tidak akan bisa tergantikan oleh siapapun dan apapun. Yaps, mereka adalah orang tuaku, ayah serta ibuku. Mereka selalu menginginkan yang terbaik untuk ku dan adikku, sampai mereka rela mengorbankan jiwa, raga, dan tenaga demi memberikan yang terbaik untuk kita.
Aku adalah anak pertama dari dua bersaudara. Yah, aku punya adik perempuan yang sekarang tengah duduk di bangku SMA. Orang tua kami selalu menginginkan yang terbaik buat kami. Mulai dari makanan yang bergizi, tempat tinggal yang nyaman, serta pendidikan yang terbaik. Dan Alhamdulillah atas izin Allah, ayah dan ibuku masih bisa memasukkan ku ke jenjang perkuliahan (S1) ini.
Ibuku adalah wanita yang kuat dan hebat. Beliau juga terlahir sebagai anak pertama yang memiliki empat adik. Beliau bukan terlahir dari keluarga yang kaya raya, akan beliau terlahir dan dibesarkan dari keluarga yang sederhana dan berkecukupan. Menghargai dan bersyukur atas apa yang telah kita miliki, itulah salah satu pesan ibu yang selalu aku ingat. Saat duduk di bangku SMA, ibu kehilangan seorang ibu. Yah, nenekku telah meninggalkan ibu serta adik-adik ibu di umur ibu yang terbilang masih sangat muda. Meskipun begitu, ibu bukanlah wanita yang lemah. Beliau mampu membantu kakek (ayahnya ibu) dalam menjaga dan merawat adik-adik nya. Saat ibu mengandungku di usia 7 bulan, kakekku menyusul nenekku. Akan tetapi, beliau tidak tidak luput dalam menjaga dan membimbing adik-adiknya. Sampai semua nya sudah memiliki keluarga masing-masing, perhatian ibu terhadap adik-adik nya tetaplah ada. Setelah lulus SMA, ibu memang tidak bisa melanjutkan pendidikan S1nya. Karena, pada waktu itu ibu mengalami kendala biaya. Meskipun ibu tidak melanjutkan pendidikan nya hingga S1, aku merasa ibu sangatlah hebat.
Ibu mampu mendidik ku dan adik dengan penuh cinta. Saat ini ibu tidaklah bekerja di luar, ibu adalah ibu rumah tangga. Dulu saat aku masih kecil ibu selalu membantuku menyelesaikan pekerjaan rumahku, mengajariku di saat aku tidak mengerti.
Sedangkan ayahku, beliau adalah anak kedua atau anak tengah dari tiga bersaudara. Ayah satu-satunya nya laki-laki diantara saudaranya. Sejak SMA ayah sudah mulai merantau. Meninggalkan rumah dan keluarga nya untuk hidup lebih mandiri. Beliau ikut bersama budhe nya waktu itu.
Pekerjaan ayahku saat ini sebagai wirausaha, beliau sangat pekerja keras yang tidak pernah mengeluh. Hampir tidak pernah aku mendengar keluh kesah ayah dalam menafkahi dan menjadi tulang punggung keluarga. Ayah pernah bercerita kepada ku, dulu ayah sempat memasuki perkuliahan, beliau mengambil jurusan teknik. Akan tetapi, kakekku dulu tidak menginginkan dan tidak menyetujui kalau ayah mengambil jurusan tersebut. Karena saat itu yang diinginkan kakekku adalah semua anak-anak nya mengambil jurusan agama. Tapi, ayah merasa basicnya bukan disitu. Dan akhirnya beliau putus kuliah dan tidak melanjutkan pendidikan S1nya karena orang tua nya tidak mendukung nya.
Dari cerita ayah ini, orang tua ku tidak lagi melakukan apa yang telah dilakukan oleh kakekku kepada ayah. Sejak kecil aku sudah mulai dibiasakan untuk memilih apa yang aku inginkan, ayah dan ibuku tidak pernah mengekang apalagi mewajibkan anaknya harus begini, menjadi seperti ini. Tidak. Dan aku sangat bersyukur atas semua ini. Aku diberikan hak penuh dalam memilih tujuan hidupku sampai saat ini.
Aku masih ingat betul saat ayah dan ibu ingin memiliki rumah sendiri. Sebelum memiliki rumah sendiri, kami dulu pernah mengontrak. Dan di saat mengontrak inilah ayau dan ibu sambil menabung untuk membeli rumah sendiri. Saat itu, ibu juga membantu ayah dengan membuat kue dan dijual di sekitar rumah. Sampai akhirnya, tabungan ayah dan ibu cukup untuk membeli rumah dan kita pindah ke rumah sendiri milik ayah dan ibu.
Saat aku tinggal di pesantren mulai dari SMP hingga Aliyah, aku merasa sangat bersyukur karena ayah dan ibu selalu ingin menyekolahkan anaknya di tempat yang terbaik. Aku sadar, bahwa ayah dan ibu memasukkanku ke dalam lingkungan pesantren itu tidaklah mudah. Mulai dari biaya, tranportasi, serta ketegaran hati ayah dan ibu untuk merelakan aku meninggalkan rumah sejenak demi mencari ilmu. Saat malam hari sebelum keesokan harinya aku diantar ke pesantren, aku sempat menangis karena tidak ingin pisah dengan mereka. Dan aku merupakan anak yang belum terbiasa bahkan belum pernah tinggal jauh dengan orang tua. Rasanya ingin sekali untuk membatalkan semuanya. Tapi lagi-lagi ibu selalu menguatkan dan beliau berkata kepadaku malam itu "Mbak, ibu sama ayah mondokkan mbak bukan berarti ayah sama ibu mau buang mbak, bukan. Ini semua karena kita sayang sama mbak. Makanya ibu sama ayah pingin mbak mondok. Ayah sama ibu pingin mbak lebih pinter dan cerdas dari pada ayah dan ibu". Lalu beliau memeluk ku. Dan saat itu juga aku menagis. :(
Aku sangat bersyukur dilahirkan di dalam keluarga yang sangat menyayangi ku. Trimakasih ayah dan ibu, kasih sayang mu sungguh mulia. Bahkan untuk membalas semua ini aku rasa aku tidak bisa. Semua yang ayah dan ibu berikan ini tidak bisa tergantikan dengan apapun. Trimakasih sudah merawat serta mendidik putrimu ini. Aku menyayangi kalian.
Sebenarnya masih banyak lagi kisah-kisah heroik dari ayah dan ibuku yang selalu menginspirasi ku. Akan tetapi kalau ditulis disini semua takut kepanjangan deh hehe. Trimakasih buat semuanya yang sudah mampir di blog ku ini dan trimakasih juga sudah membaca tulisanku sampai akhir. Semoga ada pelajaran atau hikmah yang bisa diambil dari cerita ku ini ya. Sekian dari saya, kurang lebihnya mohon maaf karena masih banyak yang perlu saya perbaiki lagi dalam hal tulis menulis.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarokaatuh
Sampai bertemu di tulisan selanjutnya !
0 komentar:
Posting Komentar